skip to main | skip to sidebar

Pages

Senin, 20 Desember 2010

Danareksa: Saham Bisa Naik 5 Kali Hingga 2016

Yudhi memperkirakan siklus ekspansi bisnis ini masih bertahan hingga enam tahun ke depan.

VIVAnews - Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 diperkirakan masih tinggi meskipun masih dibayangi oleh kenaikan suku bunga acuan dan inflasi. Hal ini disebabkan siklus pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tahap ekspansi bisnis. "Ini saatnya perusahaan melakukan ekspansi bisnis," kata Kepala Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa di Jakarta, 15 Desember 2010.

Fase ekspansi akan berlangsung hingga 2016. Hal ini berarti masih terbuka peluang untuk penguatan IHSG hinga empat-sampai lima kali. Yudhi memperkirakan suku bunga pinjaman turun ke 11,5 persen bahkan hingga 3-4 persen dari BI Rate. Suku bunga acuan akan bertahan pada 6,5 persen dengan tingkat inflasi sebesar 6,2 persen.

Dia memperkirakan siklus ekspansi bisnis ini masih bertahan hingga enam tahun ke depan. Pertumbuhan tersebut akan lebih cepat jika suku bunga turun. "Kredit lebih murah mendorong pertumbuhan, sayangnya respons perbankan terhadap kebijakan moneter tidak terlalu baik," kata Yudhi.

Meskipun BI Rate sudah turun dari 9,5 persen pada November 2008 menjadi 6,5 persen pada Agustus 2009, suku bunga pinjaman hingga saat ini hanya turun sedikit. Akibatnya kesenjangan antara suku bunga pinjaman dan BI Rate semakin lebar.

Sementara di Malaysia antara suku bunga pinjaman dan suku bunga acuan cenderung stabil, artinya penurunan suku bunga acuan langsung diikuti oleh penurunan bunga pinjaman. Thailand sebenarnya juga mengalami perlambatan namun tidak seburuk Indonesia. Hal ini diperparah oleh lambatnya penyerapan APBN oleh pemerintah.

Yudhi menyarankan agar perusahaan memanfaatkan pasar modal Indonesia secara optimal. "Sentimen positif menyebabkan aliran modal masuk dari luar," kata dia. Nilai transaksi harian pada Bursa Efek Indonesia sudah mencapai Rp 4,8 triliun. Total kapitalisasi pasar modal Indonesia mencapai Rp3.000 triliun. "Ini menggambarkan pasar semakin likuid," kata dia.

Capital inflow ini juga akan terus berlangsung meski ada pemulihan ekonomi global. "Tidak usah takut dengan penarikan modal tiba-tiba, ketika ekonomi global pulih dan mambaik, ekonomi Indonesia akan lebih baik lagi," jelas dia.

Arus modal asing itu tidak akan cepat-cepat keluar karena mereka mencari tempat aman. "Indonesia dengan pertumbuhan yang baik akan menjadi tempat aman bagi mereka," jelas Yudhi.

Caranya dengan menjual saham kepada publik melalui proses Initial Public Offering atau menerbitkan surat utang. Kompetisi pasar modal dapat memberikan tekanan tambahan kepada sistem perbankan untuk menurunkan bunga pinjamannya. "Ekonomi Indonesia akan lebih cepat lagi larinya," jelas dia.

• VIVAnews

Artikel Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...