skip to main | skip to sidebar

Pages

Senin, 14 Februari 2011

Kelomang Sahabat Setia yang Tidak Neko-neko



Akuarium dipercantik ikan hias dan tanaman air sudah biasa. Bagaimana bila si ”Pemulung dari Pesisir Pantai” yang mempercantik akuarium?

Kelomang atau si pemulung dari pesisir pantai bukan hanya sekadar hewan mainan pada masa kanak-kanak. Bila tahu cara perawatannya, kelomang pun bisa menjadi serious pets yang memperindah akuarium. Terarium, begitu sebutan untuk tempat penyimpanan kelomang, hewan yang suka berganti ”rumah” ini.

Di Indonesia kegemaran memelihara kelomang beberapa tahun ini mengalami peningkatan. Awalnya hanya di seputar Jakarta dan Bandung, tetapi kini mulai merambah ke Semarang, Solo, Yogyakarta, Bali, Medan, Balikpapan, hingga Papua. Bahkan kelomang pun menjadi incaran para hobiis di Amerika. Untuk memenuhi kegemarannya, kelomang khusus diimpor dari Indonesia.

Hitam pekat hingga merah menyala

Di Inggris, kelomang dikenal dengan sebutan hermit crab. Secara umum, ada dua jenis penggolongan kelomang, yaitu kelomang air dan kelomang darat. Kelomang air mayoritas hidup di air laut tetapi beberapa ditemukan hidup di telaga air tawar. Tak kurang ada 600 spesies kelomang air yang seluruhnya tergolong dalam keluarga Diogenidae, Paguridae, dan Parapaguridae. Sedangkan kelomang darat hanya terdiri dari 13 spesies yang termasuk dalam keluarga Ceonobitidae (kelomang darat).

Daya tarik si makhluk eksotis dari pesisir pantai ini tidak cuma pada bentuk dan warna cangkangnya yang indah. Warna tubuh kelomang pun beragam. Kelomang darat berwarna gelap hingga berwarna terang menyala siap menyejukkan mata. Warna tubuh kelomang meliputi hitam, abu-abu, putih, cokelat, biru tua, ungu, merah menyala, dan jingga.

Dari 13 spesies kelomang darat, 8 spesies di antaranya hidup di Indonesia, yaitu ketam kelapa atau ketam kenari (Birgus latro), kelomang ungu (Coenobita brevimanus), kelomang cokelat (C. cavipes), kelomang stroberi (C.perlatus), kelomang keriput (C. rugosus), kelomang ungu-jingga (C. violascens), kelomang duri (C. spinosus), dan kelomang blueberry (C. purpureus).

Dua spesies yang paling eksotis adalah kelomang stroberi dan kelomang blueberry. Seperti namanya, kelomang stroberi mempunyai warna merah menyala dilengkapi dengan hair setoe berwarna putih, sedangkan yang blueberry berwarna biru tua dengan sedikit bercak cokelat, kuning, atau jingga.

Setia dan tidak neko-neko

Kelomang darat cocok dipelihara para hobiis yang beraktivitas tinggi ataupun pecinta hewan yang tidak mau ”ribet”. Menurut Felix Johannes Wang, pemilik usaha Happy Crabbie yang juga hobiis kelomang, perawatan kelomang tergolong mudah dan tidak merepotkan. ”Dia (kelomang) ’kan nggak ribet dibandingkan hewan darat lainnya, nggak ada bau yang menyengat. Kotorannya juga mudah diambil, seperti kotoran ikan, kita buang pakai tisu,” ujarnya.

Kelomang akan setia menemani hari-hari para hobiis dalam jangka waktu yang cukup lama. Pasalnya, hewan berubuh mungil ini berumur panjang. ”Umurnya (kelomang) stroberi sekitar 30 tahun. Kalau yang ungu, pernah dicoba dengan carbon dating umurnya 76 tahun,” Felix menjawab AGRINA.

Kelomang darat dapat hidup pada temperatur tropis 15°C-40°C. Saat cuaca sangat panas, mereka akan menguburkan diri dalam pasir atau berlindung di balik batu karang. Menurut pria kelahiran Semarang, 7 Mei 1976 ini, suhu dan kelembapan udara seperti di Indonesia sangat cocok untuk habitat kelomang sehingga mereka tidak memerlukan pemanas, pedingin, ataupun penerangan tambahan.

Kelomang tergolong hewan yang irit pakan. ”Pemberian makan sehari cukup sekali sebanyak satu sendok teh,” ucap Felix. Pakan berupa racikan kelapa, udang, tulang sotong, dan sisa-sisa karapas (kulit kelomang) yang terkelupas saat molting (ganti kulit). Penambahan tulang sotong dan karapas pada pakan sebagai suplemen kalsium untuk memperkuat pembentukan karapas. Selain itu, kelomang juga menyukai makanan yang manis sehingga pemberian buah-buahan dapat dilakukan sebagai alternatif makanan.

Untuk minum, sebaiknya disediakan dua cawan air. Satu cawan air tawar dan lainnya air asin. Pemberian air asin seharusnya berupa air laut tetapi kondisi ini bisa diakali dengan air dicampur garam tanpa yodium. Air asin dibutuhkan kelomang untuk menjaga kestabilan ion tubuh. Air minum diganti setiap hari agar kebersihannya terjaga.

Untuk tempat hidup kelomang, bagian dasar terarium sebaiknya dilapisi kepingan koral, karang, atau pecahan cangkang siput, sebelum diisi pasir. Ini akan memberikan suplai kalsium yang cukup bagi kelomang. Kebersihan pasir dasar akuarium dijaga dengan cara mencucui dan mengeringkannya di bawah sinar matahari. Karena kelomang suka hidup di tempat lembap, penyemprotan pasir dengan sedikit air tawar dapat dilakukan pada sore atau malam hari.

Karantina saat molting

Seperti kepiting dan ular, kelomang mengalami ganti kulit (molting). Saat kelomang menjalani masa molting, kelomang dipisahkan pada wadah yang berbeda. Kelomang yang mengalami pergantian kulit biasanya menyendiri, gerakannya pasif dan lambat, serta tidak makan (puasa). Bila menemukan tanda-tanda seperti itu, karantinalah dia dari komunitasnya.

”Dipisahin supaya nggak dikanibal. Dia ‘kan ngeluarin hormon seperti pelumas untuk mengeluarkan kulit ini. Aromanya itu yang seperti udang,” ungkap Felix. Aroma tubuh tersebut memicu kelomang lain untuk menyerang dan memangsa kelomang yang sedang molting. Ini adalah fase kritis bagi kelomang. Karena tubuhnya yang lunak, pertahanan dirinya pun lemah sehingga kelomang perlu dikarantina untuk menghindari kanibalisme sesamanya.

Waktu karantina selama satu hingga dua minggu. Menurut pria yang menerbitkan buku Petunjuk Praktis Memelihara Kelomang Darat itu, kelomang dikarantina tanpa diberikan makan tetapi tetap disediakan minum. Wadah karantina ditutup rapat dan dibiarkan gelap sesuai kegemaran kelomang saat fase molting. Dua minggu berlalu, kelomang dapat bergabung lagi dengan teman-temannya.

Jadi, cukup mudah bukan perawatan si kelomang. Tertarik untuk memelihara?

Windi Listianingsih

sumber : http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=14&aid=2810

Artikel Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...