skip to main | skip to sidebar

Pages

Rabu, 04 Mei 2011

SPECIAL ONE: Hanya Reputasi Yang Bisa Selamatkan Posisi Mourinho di Real Madrid

Jose Mourinho, gagal taklukkan Barcelona di liga domestik dan Liga Champions. (Reuters)
Jose Mourinho

Oleh: Zulfikar Aleksandri
Empat episode El Clasico dalam 18 hari telah berakhir. Real Madrid kebagian satu piala, Copa Del Rey. Barcelona belum mengangkat trofi, tapi mereka berpeluang meraih gelar ganda, Liga Primera dan Liga Champions.

Dua gol Lionel Messi di Santiago Bernabeu dan hasil imbang 1-1 di Nou Camp semalam seperti menjadi anti klimaks Real Madrid yang mampu meredam tiki-taka ala Barca di Mestalla.

Dalam 18 hari, Jose Mourinho bisa merilis satu buku berisi komentar psy war-nya pada sang rival abadi klub. Mulai aksi diam saat konferensi pers Real Madrid, filosofi relativitas ala Einstein, hingga teori konspirasi berbentuk "Skandal Bernabeu" yang menurutnya telah mengubur mimpi Real ke final Liga Champions.

Lebih lanjut, Mourinho tidak memperjuangkan satu trofi untuk Madrid pada empat pertemuannya dengan Barcelona. Mourinho berjuang untuk masa depannya sendiri.

Perang kata-kata yang dulu menjadi senjata Mourinho, sejak di Inggris dan Italia, kini tak lagi ampuh menghadapi Barca. Ketika strategi yang sama digunakan Guardiola, dengan dua kali menyerang Mourinho secara frontal pada konferensi pers sebelum pertandingan, Mourinho harus merasakan kegagalan dari kata-katanya sendiri. Bukan masalah siapa ke Wembley, siapa menjuarai La Liga, tapi tentang siapa yang menang. Tentang menyelamatkan reputasi "The Special One".

Tak terbantahkan, Mourinho selalu menang kemana pun ia pergi, dan ia memenangkannya dengan cepat. Juara liga pada musim pertamanya di Porto, di Chelsea, dan Inter Milan. Rekor itu dihentikan oleh Barcelona. Itulah makna terpenting dari empat sekuel terakhir El Clasico.

Tahun ini Mourinho gagal membawa Real Madrid menjadi yang terbaik di Eropa. Mereka juga bukan yang teratas di Spanyol, meski jutaan dolar digelontorkan Florentino Perez untuk gaji tinggi skuad Los Blancos.

Situasi yang sama saat Mourinho meninggalkan Chelsea. Ia gagal memenuhi keinginan sang pemilik yang jauh lebih ambisius, Roman Abramovich. Tapi bukan berarti posisi Mourinho aman. Perez jauh lebih sering mengganti pelatih dibandingkan Abramovich, bahkan setelah Real Madrid menjuarai Liga Spanyol sekalipun.

Perez memecat Vicente Del Bosque sehari setelah Real menjuarai gelar Liga Primera ke 29 dan hanya setahun setelah kesuksesannya menjuarai Liga Champions.

"Del Bosque adalah pelatih tradisional. Tim ini butuh pelatih yang lebih taktis, kami ingin seseorang dengan kapasitas teknis lebih tinggi," kata Perez saat itu, jauh sebelum Del Bosque membawa Spanyol menjuarai Piala Dunia tahun lalu.

Carlos Queiroz dipecat setelah lima kekalahan beruntun, Jose Antonio Camacho mengundurkan diri saat awal musim, Mariano Garcia Ramon dipecat karena kurang terkenal, Vanderlei Luxemburgo angkat kaki setelah kalah dari Barcelona, demikian pula Juan Ramon Lopez Caro. Mereka adalah deretan pelatih era periode pertama Perez di Bernabeu.

Saat kembali menjadi orang nomor satu di Real Madrid, Perez memecat Manuel Pellegrini. Pelatih asal Chile itu mengatakan, "Saya tak pernah bertemu dia sejak Agustus (2009) dan tak ada hubungan sama sekali antara kami,"

Bagaimana dengan Jose Mourinho? The Special One punya reputasi yang jauh lebih metereng di level klub dibandingkan Del Bosque sekalipun. Hanya reputasi Mourinho lah yang bisa menyelamatkan posisinya di Real Madrid, selain keinginan Mourinho kembali melatih di Inggris.

Dan kita semua tahu, Mourinho bukan tipe pelatih yang suka meninggalkan klub di saat jatuh. Kecuali di Chelsea, Mourinho meninggalkan Porto dan Inter saat ia dipuja dan benar-benar menunjukkan kapasitasnya sebagai "Special One".

Daftar Pecat Pelatih Real Madrid

Vicente Del Bosque (dipecat 23 Juni 2003)
Harus meninggalkan Real Madrid meski menjuarai dua Liga Champions dan dua gelar Liga Spanyol selama empat tahun di Bernabeu. Del Bosque adalah kesalahan terbesar dalam sejarah pemecatan Perez. Ia kemudian membawa Spanyol meraih gelar juara Piala Dunia untuk pertama kalinya tahun lalu.

Carlos Queiroz (31 Mei 2004)
Dibawa ke Madrid untuk menularkan kesuksesan Manchester United, namun pria asal Portugal ini hanya bertahan tak sampai setahun. Ia kembali ke Old Trafford sebelum melatih Portugal.

Jose Antonio Camacho (20 September 2004)
Pelatih medioker Spanyol yang dua kali melatih di Bernabeu (ia pernah melatih selama 22 hari pada tahun 1998). Camacho mengundurkan diri setelah awal musim yang buruk.

Mariano Garcia Remon (30 Desember 2004)
Mengikuti jejak Camacho, Remon hanya bertahan 11 pertandingan di Real Madrid dengan kekalahan atas Numancia dan Albacete.

Vanderlei Luxemburgo (3 Desember 2005)
Sukses bersama Brasil, tapi Luxemburgo gagal membawa gaya Samba ke Bernabeu. Kalah 0-3 dari Barcelona di kandang sendiri membuat Perez hilang kesabaran sebelum Natal.

Juan Ramon Lopez Caro (5 Juli 2006)
Caro tidak dipecat Perez, karena sang presiden telah mengakhiri periode pertamanya di Madrid. Namun Caro juga gagal memberi "kepuasan" di jajaran petinggi Los Merengues. Caro kini menjadi pelatih klub Rumania, FC Vaslui.

Manuel Pellegrini (26 Mei 2010)
Hobi pecat pelatih Real Madrid tak berhenti saat Perez "istirahat". Fabio Capello dan Bernd Schuster memberi Madrid gelar juara liga dan tetap kehilangan pekerjaannya. Juande Ramos sempat melatih Madrid dan digantikan Pellegrini, yang kemudian juga dipecat Perez akhir musim lalu.

sumber : bola.net

Artikel Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...