skip to main | skip to sidebar

Pages

Minggu, 01 Mei 2011

Fenomena Sirkus, Pendidikan Karakter Mendesak


M. Nuh

Pendidikan karakter sebagai bagian dari upaya membangun karakter bangsa, mendesak untuk diterapkan. Fenomena sirkus yang terjadi belakangan ini menunjukkan mulai tercerabutnya karakter asli dari masyarakat.

Soal itu dikemukakan oleh Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, pada Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta, Senin (02/05).

“Di antara karakter yang ingin kita bangun adalah karakter yang berkemampuan dan berkebiasaan memberikan yang terbaik, giving the best, sebagai prestasi yang dijiwai oleh nilai-nilai kejujuran," ujar dia.

Mendiknas mengemukakan soal fenomena sirkus, yaitu tercerabutnya karakter asli dari masyarakat. Fenomena anomali yang sifatnya ironis paradoksal menjadi fenomena keseharian, yang dikhawatirkan pada akhirnya dapat mengalami metamorfose karakter. “Memang kadang menjadi lucu dan mengherankan,” ujar dia.

Betapa tidak mengherankan, sambung Mendiknas, penegak hukum yang mestinya harus menegakkan hukum ternyata harus dihukum. Para pendidik yang mestinya mendidik malah harus dididik. Para pejabat yang mestinya melayani masyarakat malah minta dilayani.”itu adalah sebagian dari fenomena sirkus tadi. Itu semua bersumber pada karakter," ujar Nuh.

Dalam kesempatan itu, Mendiknas juga menyinggung pelaksanaan Ujian Nasional yang baru saja dilaksanakan. Ia mengatakan, UN diantaranya dimaksudkan untuk melatih ketangguhan dan meningkatkan kemampuan dengan mengeksplorasi potensi dan sumber daya pendidikan. Hal ini dimaksudkan, agar dunia pendidikan mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa.

"Dengan melatih ketangguhan dan kemampuan, generasi yang dilahirkan dunia pendidikan Insya Allah akan menjadi generasi yang sanggup dan siap menghadapi realitas kehidupan termasuk menghadapi implikasi dari globalisasi," ujar Nuh.

Kepada seluruh penyelenggara UN, para murid, guru, dan orangtua, Mendiknas memberikan apresiasi dan penghargaan. Ia meminta mereka untuk menerima hasilnya dengan obyektif dan jujur. "Kita terima apa adanya. Memang betul jumlah kelulusan menurun meskipun masih ada ujian ulang. Memang betul ada yang harus mengulang. Memang betul, ada sekolah yang harus mengulang seluruhnya. Tetapi yang penting, intervensi kebijakan apa yang harus kita siapkan untuk memperbaikinya," ujar Nuh.

sumber : http://www.politikindonesia.com/

Artikel Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...