skip to main | skip to sidebar

Pages

Sabtu, 30 April 2011

Rieke Pitaloka : Saya Pernah Dibaiat NII


Rieke Diah Pitaloka

Bukan kali ini saja Negara Islam Indonesia (NII) jadi sorotan. Bahkan Anggota Komisi IX DPR, Rieke Dyah Pitaloka mengaku sempat bergabung dengan kelompok ini.

"Waktu itu saya masih kuliah, sekitar tahun 1995-1996. Alasannya diajak belajar mengaji," ungkap Rieke saat dihubungi VIVAnews.com, Sabtu 29 April 2011.

Lalu, dimulailah pendekatan-pendekatan. "Saya diajak bicara, diberi tahu bahwa tak ada kesejahteraan, keadilan di republik ini. Yang ada, kemiskinan dan kebodohan," cerita dia. Itu alibi yang diketengahkan kala itu.

Soal itu, Rieke saat itu mengaku setuju. "Sempat dibaiat memakai Quran." Namun, belakangan ia merasa aneh saat orang yang merekrutnya mengatakan, "kita butuh negara baru. Saya tidak sepakat, lalu memutuskan untuk tidak terlibat lebih jauh," kata dia.

Menurut Rieke, persoalan kesenjangan bukan soal wadah negara, apakah NKRI atau lainnya, tapi ada persoalan kekuasaan tak berjalan di atas konstitusi. Namun, Rieke tak bisa memastikan apakah NII yang dulu merekrutnya sama dengan NII yang diberitakan saat ini: terkait dugaan cuci otak dan penipuan.

Apakah sempat dimintai dana? Rieke mengaku tidak. "Hanya saja, saya diberi tahu, bahwa kita perlu berkorban untuk negara baru, ada materi dan lain-lain. Tapi saya tak tahu, kalau ujung-ujungnya seperti itu (uang)."

Terkait maraknya isu NII akhir-akhir ini, Rieke mengaku heran, mengapa momentumnya berdekatan dengan peringatan Hari Buruh atau May Day. "Apa mungkin sekedar pengalihan, karena NII kan persoalan lama." Ia juga mempertanyakan reaksi pemerintah yang terkesan membiarkan.

Menurut Rieke, jika yang dihadapi adalah NII yang ingin makar, bukan NII palsu yang menipu, pemerintah bisa mengatasinya dengan mewujudkan kesejahteraan. "Jalankan sistem jaminan sosial nasional, wujudkan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BJPS)," kata dia.

Apa hubungannya dengan NII? Rieke menjelaskan, nasionalisme dan konsensus bersama menjadi sebuah bangsa erat kaitannya dengan persoalan kesejahteraan. "Kalau tak sejahtera, tidak usah didoktrin, tidak usah menunggu NII, orang juga nanti pada kabur," kata dia.

Pemenuhan kesejahteraan, lanjut Rieke, diyakini juga akan mengikis radikalisme masyarakat, termasuk mengurangi terorisme. "Teroris, NII, bukan isu yang berdiri sendiri. Itu kekerasan negara yang menular ke masyarakat."

sumber : VIVAnews

Artikel Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...