skip to main | skip to sidebar

Pages

Selasa, 05 April 2011

Sepak Bola, Simbol Harapan dan Kekuatan Jepang

Shunsuke Nakamura, bintang Jepang yang turut bermain di laga amal untuk korban gempa dan tsunami. (GettyImages)
Shunsuke Nakamura

Oleh: Yasa Febrianuswantoro
Kemampuan sepak bola untuk kemanusiaan ditunjukkan pada pertandingan timnas Jepang lawan J-League XI yang digelar untuk menggalang dana bantuan bagi korban bencana gempa dan tsunami di Jepang.

Pertandingan itu berakhir dengan kemenangan 2-1 bagi tim Samurai Biru asuhan Alberto Zaccheroni, namun bukan skor akhir yang penting, melainkan tujuan pertandingan yang menjadi simbol kemanusiaan dan kekuatan Jepang menghadapi bencana.

Sebanyak 47.000 penonton terus meneriakkan "Nippon, Nippon" sepanjang laga yang menampilkan bintang-bintang timnas Jepang dan pemain legendaris Samurai Biru, salah satunya Kazuyoshi "King Kazu" Miura.

Samurai Biru membuka gol pertama dengan aksi playmaker Gamba Osaka, Yasuhito Endo pada menit ke-15. Striker Stuttgart Shinji Okazaki menggandakan keunggulan Jepang menjadi 2-0 tidak lama kemudian. Kazuyoshi Miura membuktikan ketajamannya meski berusia 44 tahun untuk mengakhiri laga 2-1 dengan golnya delapan menit menjelang akhir laga.

Okazaki yang pernah merasakan gempa tahun 1995 yang menyerang kotanya, Kobe, tidak mampu menyembunyikan perasaannya. "Saya masih hidup sampai hari ini berkat bantuan orang-orang di sekitar saya kala itu," terang pemain 24 tahun ini. "Sekarang giliran saya membalas semua jasa dan bantuan, dan pertandingan hari ini menandai awal usaha saya itu," tambah Okazaki.

Meski berada pada kubu yang kalah, gelandang Kunimitsu Sekiguchi, yang bermain bagi Vegalta Sendai yang merupakan salah satu kawasan yang paling merasakan dampak gempa, merasa senang bisa ambil bagian untuk memulihkan semangat negaranya.

"Saya bermain bola pertama kali musim ini pada 24 Maret. Hari ini saya tidak dapat berbuat banyak namun pertandingan ini sangat luar biasa," ungkap Sekiguchi.

Pelatih Jepang Alberto Zaccheroni mengatakan: "Begitu banyak pemain berkualitas di lapangan dan mereka menyuguhkan pertandingan yang mengesankan. Di balik pertandingan ini yang terpenting semua berkumpul menunjukkan kebersamaan bagi sepak bola dan bangsa Jepang. Penting bagi kita untuk berbuat sesuatu bagi Jepang."

"Saya yakin Jepang mampu mengatasi kesulitan ini dan bangsa ini harus tahu bahwa kami semua juga semua orang di penjuru dunia sangat dekat dengan mereka di sini," lanjut Zaccheroni.


Beduka: Kazuyoshi Miura (kiri) dan Shunsuke Nakamura sebelum pertandingan


King Kazu kembali turun ke lapangan demi memulihkan semangat masyarakat Jepang

Pertandingan ini membuktikan semangat dukungan sepak bola Jepang untuk mengusir nasib buruk serta mengangkat moral bangsa. Sekitar seminggu sebelumnya gempa 9.0 SR mengguncang timur laut Jepang, Asosiasi sepak bola Jepang (JFA) segera mengusulkan laga amal.

Gagasan ini segera mendapat dukungan baik dari pemain domestik serta seluruh pemain Jepang yang tersebar di seluruh dunia. Dua belas pemain Jepang yang tersebar di seluruh dunia segera pulang untuk bergabung membentuk skuad timnas yang tangguh, untuk pertama kalinya mereka pulang sejak mengangkat trofi Piala Asia 2011 Januari silam.

Para pemain yang berlaga di Eropa juga turut kembali ke Jepang termasuk bek Inter Milan, Yuto Nagatomo dan kapten Jepang Makoto Hasebe yang harus meninggalkan Wolfsburg. Juga beberapa pemain yang berperan besar pada klub mereka, Keisuke Honda di CSKA Moscow dan bek Schalke, Atsuto Uchida.

Rusaknya beberapa stadion dan fasilitas pertandingan, serta kesulitan yang dihadapi mayoritas masyarakat Jepang pasca gempa dahsyat, sepak bola Jepang jelas menghadapi tantangan serius. J-League harus ditunda sampai 23 April juga kejelasan pertandingan internasional yang harus dihadapi Jepang minggu ini masih belum terselesaikan.

Kiper Eiji Kawashima yang menjadi pahlawan Jepang di Piala Asia mengatakan bahwa kunci permasalahan adalah dengan menggalang persatuan. "Kenyataan bahwa semua masyarakat Jepang berkumpul di sini memiliki arti penting," terang pemain 28 tahun yang penyelamatan penaltinya berhasil mengantar Jepang sebagai tim terbaik di benua Asia itu.

"Kami adalah orang Jepang dan kami bisa membantu sesama," tegas Kawashima.

Sebuah ungkapan yang menjadi simbol orang Jepang.

Simbol sepak bola, simbol harapan dan kemanusiaan.

sumber : bola.net

Artikel Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...