skip to main | skip to sidebar

Pages

Sabtu, 29 Januari 2011

Arti Tetesan Getah Pinus

kajianpinus.1Tragedi Tanjung Priuk terulang lagi, tetesan darah tercecer dimana-mana, bahkan menimbulkan korban jiwa. Sementara untuk menyelamatkan korban lain diperlukan  transfusi darah yang berasal dari tetesan darah para pendonor.  Pada saat itu darah sangat berarti, sehingga dengan cara apapun bahkan dengan harga berapapun keluarga korban berani membayar mahal asalkan korban bisa diselamatkan. ”Setetes Darah Selamatkan Jiwa”& slogannya PMI.

Lalu apa kaitanya dengan tetesan getah pinus ?.... Mungkin agak tragis ilustari diatas, namun jika kita melihat begitu banyaknya manfaat getah pinus bagi kehidupan kita dan khususnya bagi perusahaan dalam menyelamatkan pencapaian target pendapatan, maka Perhutani bisa membuat slogan ” Setetes Getah Selamatkan Perhutani”.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Perum Perhutani sudah lama (lama sekali.....) mengelola getah pinus dan mengolahnya menjadi gondorukem dan terpentin. Banyak manfaat yang diperoleh dari tetesan getah pinus baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung tentunya bagi perusahaan dapat diperoleh tambahan penghasilan (setelah diproses menjadi gondorukem dan terpentin) dimana pada tahun 2009 memberikan kontribusi sebesar 28% dan pada tahun 2010 ini direncanakan sebesar 22% dari total pendapatan perusahaan atau 93,5% dari total pendapatan non kayu. Sementara bagi masyarakat (penyadap), diperoleh manfaat berupa penghasilan dari upah penyadapan. Sedangkan manfaat tidak langsung dari getah pinus (setelah diproses menjadi gondorukem, terpentin dan derivatnya), digunakan sebagai bahan campuran pembuatan cat, lem, pelapis kertas, flitur, bahan ebonit, bahan pengawet makanan, bahan baku pembersih lantai, bahan campuran lipstik, semir sepatu, sabun, pelapis coklat dsb, dan yang terakhir karena getah pinuslah Direktur Insar mendapatkan gelar doktor. Dengan banyaknya manfaat dari bahan baku getah pinus tersebut, maka permintaan pembelian gondorukem dan terpentin terus meningkat, apalagi kualitas gondorukem Indonesia (Perum Perhutani) yang berasal dari pohon pinus jenis merkusii memiliki kandungan asam (keasaman) yang rendah dan kemampuannya menahan suhu tinggi serta tingkat kelengketan dan aromanya yang sangat disukai konsumen (Handadhari, 2006). Namun demikian permintaan yang meningkat tersebut belum bisa dipenuhi oleh Perum Perhutani.

Getah pinus merupakan sekresi hasil metabolisme sekunder yang dialirkan ke seluruh bagian pohon dan hasil metabolisme primernya digunakan untuk pembentukan sel-sel baru (ranting, cabang). Melalui proses pelukaan pada bagian kayu gubal (2-3 cm) maka getah tersebut dapat keluar. Namun demikian karena getah pinus adalah ”barang gaib” maka keluarnya tidak dapat dipastikan, sehingga target produksi getah pinus yang setiap tahunnya ditetapkan, untuk realisasinya masih dalam bayang-bayang. Lain halnya dengan kayu yang akan di tebang, berapa volume yang akan dihasilkan melalui klem sudah dapat diketahui target yang akan diperoleh.

Produksi getah pinus Perum Perhutani dari potensi tanaman yang disadap sebagaimana tergambar dalam grafik dibawah, dalam 5 tahun terakhir (2005-2009) rata-rata per tahun hanya mencapai 81.801 ton. Adapun realisasi produksi getah pinus tahun 2002-2009 adalah sebagai berikut :

kajianpinus.2
Pada gambar diatas dapat dilihat fluktuasi produksi getah pinus, dimana pada tahun 2002 – 2004 realisasi produksi getah pinus rata-rata mencapai 87.000 ton yang didominasi oleh Unit I dan Unit II, sedangkan pada tahun 2006 produksi getah pinus dapat mencapai puncak sebanyak 92.823 ton. Sementara pada tahun 2005, 2007, 2008 dan 2009 realisasi produksi berada dibawah tahun sebelumnya.

Pencapaian produksi getah pinus dalam rentan waktu tersebut, sangat mempengaruhi kinerja pabrik gondorukem dan terpentin (PGT). Jika dilihat dari rata-rata realisasi produksi getah pinus 5 tahun terakhir (2005-2009) yaitu 81.801 ton, sementara kapasitas PGT sejumlah 110.595 ton/tahun, maka setiap tahunnya terjadi defisit pasokan getah sebanyak 28.794 ton. Adapaun perinciannya sebagai berikut :
kajianpinus.3

Kondisi ini sangat disayangkan karena ketiadaan getah yang dimasak oleh PGT, dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

Guna memenuhi kebutuhan kapasitas PGT dan pencapaian quantum leap, produksi getah pinus tahun 2010 ditarget sejumlah 89.493 ton (13% lebih tinggi dari target 2009), tahun 2011 sejumlah 95.000 ton, tahun 2012 sejumlah 100.000 ton, tahun 2013 sejumlah 105.000 ton dan tahun 2014 sejumlah 110.000 ton. Sedangkan berdasarkan Rencana Jangka Panjang (RJP) Perusahaan tahun 2008 – 2012, telah ditetapkan sebagai berikut :
kajianpinus.4

Dapat tercapaikah target-target tersebut dan Apa yang harus dilakukan ?

Berbekal pengalaman yang cukup lama dalam penyadapan getah pinus dan pencapaian produksi seperti tergambar diatas, walaupun getah pinus merupakan ”barang gaib ” tentunya target-target yang telah ditetapkan harus dicapai guna menyelamatkan RKAP. Untuk mendukung pencapaian target, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya yaitu perbaikan potensi sumberdaya hutan baik jumlah pohon per hektarnya dan perlakuan terhadap pohon itu sendiri guna meningkatkan produktivitas pohon dan hutan, penambahan luas tanaman pinus pada areal-areal yang memungkinkan serta perbaikan upah sadap khususnya pada wilayah yang aksesibilitasnya sulit dan persaingan upah dengan usaha lain.

Untuk data berikut, mungkin dapat digunakan sebagai bahan evaluasi yaitu hasil audit SDH tahun 2008, total luas hutan yang ditanami pohon pinus (di dalam dan luar kelas perusahaan) sejumlah 274.330 ha terdiri dari KU I seluas 49.761 ha, KU II seluas 32.634 ha dan di hutan lindung seluas 34.801 Ha. Sedangkan sisanya adalah KU III up. Jumlah pohon rata-rata yang disadap dalam 5 tahun terakhir (2005-2009) adalah 30.735.568 pohon.

sumber : http://unit3.perumperhutani.com/

Artikel Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...