skip to main | skip to sidebar

Pages

Minggu, 17 Oktober 2010

SE “KERAS” KULIT KEMIRI


Kerasnya kulit kemiri se-keras semangat para kumpulan wanita di kelompok Srikandi ini dalam berjuang meningkatkan tingkat kesejahteraan mereka. Pengandaian ini mungkin mengada-ada, tetapi jika kita sempat melihat dan mengamati bagaimana keseharian para ibu-ibu ini untuk mencoba membantu menopang pendapatan keluarganya masing-masing, maka kita akan mengatakan sungguh berat mereka menjalani kehidupannya. Bayangkan ibu-ibu ini harus membereskan pekerjaan dapur, mengurus anak-anak, melayani suami ditambah lagi harus ikut bekerja, seperti ke kebun, membeli dan menjual kemiri yang sebelumnya harus mereka olah dengan cukup panjang prosesnya sampai kemiri-kemiri itu siap untuk dipasarkan.
Ya, inilah salah satu kegiatan dari anggota kelompok srikandi. Awalnya, sebelum masuk dalam kelompok pemanfaat dana SPP melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) yang sebelumnya adalah Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mereka hanya mengolah kemiri dari hasil kebun mereka yang hasilnya tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari, kadang-kadang mereka harus menunggu hasil kebunnya terkumpul kemudian diolah lalu dipasarkan, tetapi semenjak mereka masuk sebagai binaan UPK PNPM kecamatan Alu dengan membentuk kelompok yang diberi nama “Kelompok Srikandi” yang didirikan pada tanggal 21 Juli 2007, dengan jumlah anggota saat itu sebanyak 10 orang, maka semenjak itu pulalah setiap hari mereka harus mengolah kemiri.
Kelompok ini meminjam ke UPK sebesar Rp. 7.600.000,- pada tahun 2007 (PNPM-PPK) dengan cara pembayarannya mengangsur sebanyak 10X dengan menggunakan perhitungan bunga menurun (suku bunga 18% per sepuluh bulan), dengan jumlah pemanfaat sebanyak 10 orang, kemudian pada tahun 2008 (PNPM-MP) kelompok ini membentuk anak kelompok dengan nama “Srikandi 2” dan mendapatkan bantuan modal sebesar Rp. 22.000.000,- dengan jumlah pemanfaat sebanyak 12 orang. Masih ditahun yang sama 2008 kelompok Srikandi sudah lunas mengangsur dan melanjutkan pinjamannya sebesar Rp. 19.000.000,- dengan jumlah pemanfaat sebanyak 8 orang. Sampai saat ini kelompok Srikandi sudah memiliki jumlah anggota sebanyak 20 orang, sehingga pertambahan anggotanya dalam kurun waktu ± 1,5 tahun sebanyak (100%). Selain usaha kemiri para anggotanya memiliki jenis usaha yang bervariasi (aneka usaha) seperti : jual campuran, tenun, pembuat gula aren, usaha kopra, meski dominan dari mereka adalah pengolah kemiri, kelompok ini juga mengelolah simpan pinjam walau masih terbatas pada anggota kelompok saja tetapi target untuk tahun depan sudah bisa melayani diluar dari anggota kelompok.
Semenjak mereka memanfaatkan bantuan modal dari PNPM, mereka mendapatkan bahan baku kemiri dengan cara membeli, baik di dalam wilayah Kecamatan Alu sendiri bahkan sampai mendatangkan dari luar provinsi seperti Palu, Kendari, dll. Kemiri-kemiri tersebut mereka beli dengan cara menggabungkan modal untuk lebih meringankan biaya operasional mendatangkan bahan baku kemiri tersebut. Kemiri dibeli masih lengkap dengan kulitnya seharga Rp. 2.500,- s/d Rp. 3.000,- per kilogramnya. Kemudian mereka olah kemiri-kemiri tersebut dengan lebih awal menjemur kemudian dilanjutkan dengan mengasapi kemiri-kemiri tersebut, lalu mengupas kulit kemiri dengan cara yang masih sangat tradisional dan unik yaitu dengan menggunakan daun pandan untuk memegang sebiji kemiri kemudian dibenturkan kepada batu/benda keras (jalappi;bahasa daerah). Kemiri yang sudah dikupas kulitnya kemudian dipasarkan dengan sebelumnya memilah kemiri antara yang utuh dan yang pecah, harga per kilogramnya juga tidak seragam, kemiri bundar dijual dengan harga Rp. 9.000,-/Kg sementara yang pecah dijual dengan harga Rp. 8.000,-/kg.
Nurbaeti adalah seorang ibu rumah tangga yang tergolong aktif dan dapat dipercaya yang memprakarsai terbentuknya kelompok srikandi, disamping aktif mengajak ibu-ibu lainnya untuk bergabung dalam kelompok yang dipimpinnya juga sering memberikan pembimbingan kepada anggotanya tentang bagaimana berkelompok, mengelola administrasi kelompok dengan baik dan lainnya, setelah sebelumnya juga sudah mendapatkan arahan dan bimbingan dari pengurus UPK. Hubungan mereka sesama anggota kelompok cukup baik dan sangat akrab, karena memang kelompok ini rutin melakukan pertemuan bulanan untuk mempertanggungjawabkan dan memberikan informasi kepada masing-masing anggota tentang kondisi kelompok, pertemuan rutin ini juga dijadikan hari dimana para anggota membayarkan angsuran masing-masing ke pengurus kelompok. Dalam pengelolaan kelompok srikandi ini, para anggota kelompok sepakat untuk menyimpan kepada kelompok (seperti : simpanan pokok sebesar Rp. 100.000,-, simpanan wajib sebesar Rp. 3.000,- dan simpanan sukarela sebesar Rp. 2.000,-). Simpanan ini bertujuan untuk pengembangan kelompok dan diharapkan kalau dalam kondisi tertentu dapat digunakan untuk membantu anggota kelompok yang sedang mengalami kesulitan. Disamping simpanan yang sudah menjadi kesepakatan dalam kelompok Srikandi ini juga mereka sepakat/bersedia ber-tanggung renteng jika ada anggota kelompok yang mengalami kesulitan dalam melakukan angsuran ke UPK.
Salah seorang anggota kelompok mengatakan saat dilakukan wawancara, agar kiranya kelompoknya dapat terus melakukan pinjaman kepada UPK kalau pinjaman mereka sudah lunas, apalagi manfaat yang mereka rasakan sangat besar dimana proses peminjamannya tidak berbelit-belit ditambah bunga yang diterapkan ringan, tidak memberatkan kelompok

Artikel Terkait



1 comments:

  1. hebat......, hebat...............hebat.............,

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...