Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (GDP) riil di Asia Timur dan Pasifik mencapai 8,9 persen pada 2010. Perbaikan ekonomi di Asia Timur dan Pasifik yang berlangsung kuat ini didorong investasi sektor swasta.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Vikram Nehru mengatakan hasil pembangunan telah pulih hingga melampui tingkat sebelum krisis global di negara-negara berkembang di Asia Timur.
Pertumbuhan GDP riil meningkat dari 7,3 persen menjadi 6,7 persen. Bahkan, jika China dimasukkan, GDP riil melonjak menjadi 8,9 persen.
"Investasi sektor swasta menjadi pendorong pertumbuhan, arus perdagangan telah kembali ke tingkat pra-krisis," ujar Vikram Nehru dalam Video Conference East Asia and Pacific Economic Update, Jakarta Selasa 19 Oktober 2010.
Menurut Vikram, likuiditas global yang melimpah dan pertumbuhan lebih kuat di kawasan Asia Timur dan Pasifik menjadikan arus masuk modal melonjak pesat. Arus masuk yang besar telah membantu apresiasi nilai tukar, di luar adanya intervensi pasar oleh bank sentral.
"Arus masuk juga membantu meningkatkan harga aset, kebanyakan badan otoritas moneter telah menahan diri untuk tidak melakukan kontrol modal," kata dia.
Menanggapi arus masuk modal yang masuk, menurut Vikram, pemerintah harus dapat menyeimbangkan antara arus modal yang besar dengan memastikan daya saing, stabilitas sektor finansial, dan inflasi rendah. "Defisit fiskal masih lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis. Pemerintah menanggapi kesenjangan infrastruktur dan menjaga jaring pengaman sosial untuk melindungi masyarakat miskin," ujarnya.
Negara-negara kawasan Asia Timur dan Pasifik saat ini, kata dia, fokus dalam pertumbuhan jangka menengah. Mereka harus meningkatkan investasi dalam modal fisik dan manusia serta mendorong inovasi bila ingin meningkatkan status negara berpenghasilan tinggi.
sumber : VIVAnews
0 comments:
Posting Komentar