Budayawan Semarang, Prof. Eko Budihardjo, mengemukakan, kalangan agamawan, akademisi, dan budayawan memiliki peran penting dalam mengatasi konflik lokal.
"Ketiga kalangan itu memiliki peran masing-masing yang harus dijalankan secara sinergi. Ini efektif untuk menciptakan suasana masyarakat damai dan tenteram," katanya di Semarang, Kamis.
Menurut dia, berbagai konflik lokal dan horizontal di sejumlah wilayah Indonesia akhir-akhir ini terjadi karena masyarakat berada dalam situasi yang tidak tenang.
"Bagaimana mau tenang kalau pemerintah ramai sendiri, sementara akses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi sampai saat ini masih dirasakan sangat sulit oleh rakyat," katanya.
Ia mengatakan, kondisi masyarakat sebenarnya dipengaruhi oleh kondisi para pemimpin di atas yakni para elite politik.
Jika kondisi di atas tenang, katanya, kondisi di bawah juga akan tenang.
Kalau sekarang para elite politik meributkan masalah koalisi partai politik, menteri-menteri apa saja yang akan diganti, katanya, sementara rakyat masih berada dalam kondisi susah.
"Rakyat sebenarnya tidak peduli dengan persoalan yang diributkan elite politik. Yang terpenting bagi rakyat adalah keterjaminan akses kehidupan, seperti kesehatan dan pendidikan," katanya.
Ia mencontohkan, rencana PT Lapindo Brantas yang ingin mengebor lagi di Sidoarjo.
Padahal, katanya, proses ganti-rugi terhadap warga yang tinggal di kawasan bencana lumpur panas Sidoarjo itu belum usai.
"Para elite politik seharusnya menyadari kondisi ini. Jangan hanya meributkan pertarungan kekuasaan, sementara rakyat di bawah masih berada dalam kondisi miskin dan kesusahan," katanya.
Ia mengemukakan, pada kondisi itu, para agamawan, akademisi, dan budayawan juga memegang peranan untuk meredam dan membantu menciptakan kondisi tenang di masyarakat sesuai peran yang dijalaninya masing-masing.
"Agamawan harus memberikan pengertian yang benar terhadap pemeluknya. Misalnya agama tidak membenarkan tindakan perusakan atau kekerasan terhadap sesama manusia," kata Eko yang juga mantan Rektor Universitas Diponegoro Semarang itu.
Kalangan agamawan, kata dia, bisa membantu meredam gejolak dengan mengeluarkan berbagai fatwa yang menyejukkan dan selalu mengingatkan pemeluknya jika melakukan tindakan yang keliru.
"Akademisi seperti guru dan dosen berperan dalam mendidik para anak didiknya agar selalu bersikap santun, menghargai orang lain, dan mencintai perdamaian," katanya.
Kalangan budayawan dan seniman, kata dia, memiliki peran tersendiri.
Ia mengatakan, karya mereka yang menyentuh hati dan emosi mendalam untuk merenungkan kondisi bangsa yang terjadi.
"Budayawan dan seniman bisa menelurkan karya menyejukkannya melalui puisi dan prosa. Kalau ketiga kalangan ini sinergi, bisa meredam konflik yang terjadi di masyarakat," kata Eko.
sumber : http://id.news.yahoo.com/antr/20110310/tid-agamawan-akademisi-budayawan-berpera-f9ffe45.html
"Ketiga kalangan itu memiliki peran masing-masing yang harus dijalankan secara sinergi. Ini efektif untuk menciptakan suasana masyarakat damai dan tenteram," katanya di Semarang, Kamis.
Menurut dia, berbagai konflik lokal dan horizontal di sejumlah wilayah Indonesia akhir-akhir ini terjadi karena masyarakat berada dalam situasi yang tidak tenang.
"Bagaimana mau tenang kalau pemerintah ramai sendiri, sementara akses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi sampai saat ini masih dirasakan sangat sulit oleh rakyat," katanya.
Ia mengatakan, kondisi masyarakat sebenarnya dipengaruhi oleh kondisi para pemimpin di atas yakni para elite politik.
Jika kondisi di atas tenang, katanya, kondisi di bawah juga akan tenang.
Kalau sekarang para elite politik meributkan masalah koalisi partai politik, menteri-menteri apa saja yang akan diganti, katanya, sementara rakyat masih berada dalam kondisi susah.
"Rakyat sebenarnya tidak peduli dengan persoalan yang diributkan elite politik. Yang terpenting bagi rakyat adalah keterjaminan akses kehidupan, seperti kesehatan dan pendidikan," katanya.
Ia mencontohkan, rencana PT Lapindo Brantas yang ingin mengebor lagi di Sidoarjo.
Padahal, katanya, proses ganti-rugi terhadap warga yang tinggal di kawasan bencana lumpur panas Sidoarjo itu belum usai.
"Para elite politik seharusnya menyadari kondisi ini. Jangan hanya meributkan pertarungan kekuasaan, sementara rakyat di bawah masih berada dalam kondisi miskin dan kesusahan," katanya.
Ia mengemukakan, pada kondisi itu, para agamawan, akademisi, dan budayawan juga memegang peranan untuk meredam dan membantu menciptakan kondisi tenang di masyarakat sesuai peran yang dijalaninya masing-masing.
"Agamawan harus memberikan pengertian yang benar terhadap pemeluknya. Misalnya agama tidak membenarkan tindakan perusakan atau kekerasan terhadap sesama manusia," kata Eko yang juga mantan Rektor Universitas Diponegoro Semarang itu.
Kalangan agamawan, kata dia, bisa membantu meredam gejolak dengan mengeluarkan berbagai fatwa yang menyejukkan dan selalu mengingatkan pemeluknya jika melakukan tindakan yang keliru.
"Akademisi seperti guru dan dosen berperan dalam mendidik para anak didiknya agar selalu bersikap santun, menghargai orang lain, dan mencintai perdamaian," katanya.
Kalangan budayawan dan seniman, kata dia, memiliki peran tersendiri.
Ia mengatakan, karya mereka yang menyentuh hati dan emosi mendalam untuk merenungkan kondisi bangsa yang terjadi.
"Budayawan dan seniman bisa menelurkan karya menyejukkannya melalui puisi dan prosa. Kalau ketiga kalangan ini sinergi, bisa meredam konflik yang terjadi di masyarakat," kata Eko.
sumber : http://id.news.yahoo.com/antr/20110310/tid-agamawan-akademisi-budayawan-berpera-f9ffe45.html
0 comments:
Posting Komentar