Michael Caine dan Demi Moore
Saya baru saja menonton dua film yang dibintangi oleh Michael Caine secara berturut-turut. Pertama adalah Harry Brown, yang bercerita tentang tindakan vigilante seorang pensiunan tentara Inggris setelah temannya dibunuh oleh sekelompok pemuda anggota gang, dan yang kedua adalah Flawless, bercerita tentang pencurian intan permata yang bermotifkan balas dendam.
Banyak film yang bercerita tentang vigilantisme, yang pernah saya bahas antara lain Kick-Ass. Seri film Death Wish yang dibintangi oleh Charles Bronson, lalu film yang lumayan baru adalah Law Abiding Citizen yang dibintangi oleh Gerard Butler dan Jamie Foxx juga bercerita tentang vigilantisme. Namun berbeda dengan film-film ini, film Harry Brown yang dibuat tahun 2009 yang lalu bercerita tentang seorang pensiunan tentara Inggris yang umurnya sudah cukup tua, ditambah mengalami gangguan pernafasan.
Harry Brown digambarkan orang yang biasa saja; walaupun refleksnya masih lumayan cepat untuk bela diri tangan kosong dan bisa menembak dengan tepat, di dalam film dia lebih banyak didukung oleh keberuntungan. Intinya, dia hanyalah seorang ‘biasa’ yang sudah tidak tahan lagi dengan kejahatan yang meraja-lela di sekitar tempat tinggalnya.
Film yang plotnya tentang pencurian yang bermotifkan balas dendam juga sudah sering dibuat, misalnya seri Danny Ocean (Ocean’s Eleven, Ocean’s Twelve dan Ocean’s Thirteen). Hanya saja memang adegan aksi film Flawless tidak sekompleks seri Ocean ini, karena memang setting filmnya adalah di tahun 1960, hanya ada kunci lemari besi yang dilindungi kombinasi angka, dan CCTV (Closed Circuit TV) merupakan barang yang sangat baru, serta pelaku pencurian bisa dikatakan cuma 2 orang.
Di tahun 1960, satu-satunya manajer wanita yang bekerja di London Diamond Corporation (Lon Di) adalah Laura Quinn, yang diperankan oleh Demi Moore. Di jaman itu wanita masih dianggap sebelah mata oleh korporasi, dan Quinn bukan pengecualian; walaupun sudah bekerja keras mencapai jabatan manajer, dia sudah berulang-kali diabaikan dalam promosi pekerjaan. Bekerja di tempat yang sama adalah Mr. Hobbs, seorang pekerja pembersih yang sebentar lagi akan pensiun.
Hobbs, yang diperankan oleh Michael Caine, berdasarkan percakapan para manajer senior yang dia curi dengar, mengetahui Quinn sebentar lagi akan dipecat, untuk memenuhi perjanjian bisnis dengan Rusia. Memanfaatkan informasi ini, Hobbs mengajak Quinn balas dendam dengan membantunya mendapatkan kode kombinasi angka lemari besi tempat penyimpanan intan permata Lon Di. Ketika ditanya bagaimana caranya menyelundupkan intan ke luar kantor, Hobbs menunjukkan botol termosnya yang diperkirakan bisa memuat intan senilai 2 juta ponsterling, sehingga bisa dibagi rata masing-masing mendapatkan 1 juta ponsterling.
Aksi pencurian nyaris gagal ketika pihak keamanan Lon Di mendadak memasang CCTV di kantornya. Namun mengingat itu masih di tahun 1960, belum ada fasilitas rekaman CCTV, dan ternyata monitor yang ada jumlahnya lebih sedikit, sehingga video harus ditayangkan secara bergantian; kelemahan ini yang dimanfaatkan untuk melanjutkan aksi mereka, dengan cara Quinn mengalihkan perhatian penjaga malam yang mengamati monitor CCTV dan Hobbs yang membuka lemari besi dan mencuri intan yang tersimpan di dalamnya.
Namun ternyata keesokan harinya, intan yang tercuri bukanlah cuma satu botol termos, melainkan seluruh intan di dalam lemari besi telah hilang dicuri oleh Hobbs. Quinn yang tidak menyangka Hobbs akan melakukan hal ini memaksa Hobbs untuk memberitahukan bagaimana caranya dia bisa membawa intan seberat 2 ton keluar dari Lon Di, sementara Quinn dan Hobbs sendiri juga sudah dicurigai oleh Finch, penyelidik dari perusahaan asuransi, yang diperankan oleh Lambert Wilson.
Bagi saya, film Flawless ini merupakan film kejahatan pencurian yang lebih mengandalkan kepintaran, dan bukan aksi. Kepintaran Hobbs untuk membawa keluar intan seberat 2 ton, dan juga kepandaian Quinn yang akhirnya bisa mengetahui bagaimana cara Hobbs melakukannya. Sayangnya, film miskin aksi seperti ini memang kurang disukai oleh kebanyakan penonton, biaya pembuatan film sejumlah 20 juta dolar belum tertutupi oleh penerimaan yang kurang dari 7 juta dolar. Kemungkinan kecil film ini akan diputar di Indonesia, jadi kalau ingin menikmatinya, cobalah mencarinya di tempat penjualan DVD.
sumber : http://id.omg.yahoo.com/blogs/flawless-balas-dendam-yang-sempurna-eko_juniarto-35.html
0 comments:
Posting Komentar