Pabrik komputer di China
Tepat setahun yang lalu, China dinyatakan telah berhasil menyalip Jerman sebagai eksportir terbesar di dunia. Sebelumnya, Negeri Panda itu sudah berstatus sebagai produsen terbesar otomotif dan baja. Ini memperkuat pandangan bahwa tengah terjadi pergeseran kekuatan ekonomi dari Barat ke Timur.
Demikian ungkap Badan Cukai China, Minggu 10 Januari 2010, seperti yang dikutip kantor berita Associated Press. Menurut data, nilai ekspor negara itu selama 2009 sebesar lebih dari US$1,2 triliun. Jumlah itu sudah lebih besar dari proyeksi nilai ekspor Jerman, yang sebesar US$1,17 triliun, versi organisasi perdagangan asing Jerman, BGA.
Badan Cukai China mengungkapkan bahwa nilai ekspor pada Desember 2009 melonjak 17,7 persen setelah terus menurun selama 13 bulan. Kebangkitan itu merupakan "titik balik yang penting bagi para eksportir," kata ekonom Badan Cukai, Huang Guohua, kepada stasiun televisi CCTV.
"Kita bisa menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan ekspor China telah benar-benar bangkit dari anjloknya ekspor," kata Huang.
Status baru yang disandang China itu menegaskan posisinya yang makin berkembang sebagai kekuatan industri dan pembeli utama minyak, bijih besi, dan komoditas lain. China pun juga mulai dipandang sebagai investor besar dan memiliki pengaruh dalam ekonomi global.
Kemampuannya menggeser Jerman, yang sejak lama berstatus sebagai eksportir terbesar di dunia, mencerminkan keunggulan China dalam menawarkan biaya produksi yang murah dan fleksibel sehingga mampu bersaing di tingkat dunia saat para eksportir lain terpukul oleh anjloknya permintaan global.
Pada 2007, China sudah mengungguli Jerman sebagai ekonomi terbesar ketiga di dunia, setelah AS dan Jepang. Bahkan, China kini dijagokan bisa menyalip Jepang sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, paling cepat pada tahun ini.
Berkat pendapatan yang besar dari perdagangan, China kini juga menjadi penyimpan cadangan devisa terbesar di dunia, yaitu lebih dari US$2 triliun.
Di tengah krisis global, pemerintah China pun bertindak sigap dengan menyiapkan stimulus sebesar 4 triliun yuan (US$586 miliar) untuk menjaga kestabilan ekonomi dan tingkat konsumsi saat AS dan negara-negara lain masih berkutat dengan resesi.
Tak heran, pada triwulan ketiga 2009, pertumbuhan ekonomi China naik 8,9 persen. Pemerintah pun optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di sepanjang 2009 sebesar 8,3 persen.
Sebuah kelompok industri Jumat pekan lalu mengungkapkan bahwa China sudah mengungguli AS dalam penjualan otomotif pada 2009. Padahal, para pengamat beberapa tahun sebelumnya memperkirakan bahwa prestasi itu tak mungkin diraih China hingga 2020.
Sementara itu, para ekonom dan kamar dagang dan industri Jerman sudah memperkirakan bahwa negara mereka sulit mempertahankan status sebagai eksportir utama di dunia.
Namun, ekspor China per kapita masih jauh di bawah Jerman, yang memiliki populasi lebih sedikit, yaitu 80 juta jiwa. China, yang memiliki 1,3 miliar warga, masih mengandalkan produk berteknologi rendah, seperti sepatu, mainan dan furnitur. Sementara Jerman tetap unggul dalam produk mesin dan barang-barang berkelas.
Kendati demikian, para pengamat ekonomi Jerman menilai bahwa negara mereka kini memasok banyak peralatan dan mesin yang digunakan pabrik-pabrik di China. "Bila China tumbuh, ini akan mendorong ekonomi dunia. Situasi ini juga bagus bagi negara yang berorientasi ekspor seperti Jerman," kata ekonom dari Kamar Dagang dan Industri Jerman, Volker Treier, Desember lalu.
Namun, China masih menganggap diri dan tetap dianggap sebagaii negara berkembang. Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa China menempati peringkat 130 berdasarkan pendapatan per kapita pada 2008.
sumber : VIVAnews
0 comments:
Posting Komentar