Perceraian
Kebanyakan wanita mendambakan suami yang mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Tapi, bagaimana jika yang didapat adalah suami pengangguran?
Sebuah penelitian mengungkap, pria yang kehilangan pekerjaan mereka saat berumah tangga cenderung untuk bercerai dan diceraikan oleh istri mereka yang bekerja. Seperti dilansir dari laman The Telegraph, studi ini dilakukan untuk mengetahui dampak emosi dari suami pengangguran.
Sebuah studi tentang pekerjaan dan perceraian menunjukkan bahwa meski tekanan sosial yang 'mengecilkan' wanita bekerja telah melemah, namun, tekanan pada suami yang identik sebagai pencari nafkah
semakin besar dan menetap.
Penelitian yang dikepalai oleh Liana Sayer dari Ohio State University ini, dilakukan untuk menunjukkan bagaimana pengaruh status pekerjaan baik bagi pria maupun wanita dalam pernikahan.
Menurut penelitian, status pekerjaan seorang wanita tidak memiliki efek pada pria. Tak peduli wanita bekerja atau hanya menjadi seorang ibu rumah tangga. Status pekerjaan wanita tidak akan memengaruhi status pemikiran pria tentang kelanjutan hubungan pernikahan.
Namun, seorang wanita bekerja lebih mungkin untuk cerai daripada wanita yang tidak bekerja. Tetapi, hanya ketika dia merasa sangat tidak puas dengan pernikahan. Sebaliknya, hasil untuk status pekerjaan pria di sisi lain jauh lebih mengejutkan.
Bagi seorang pria, menganggur tidak hanya meningkatkan kemungkinan bahwa istrinya akan mengajukan perceraian, tetapi juga berisiko menyebabkan ia berpikir untuk meninggalkan keluarga. Bahkan, pria yang relatif bahagia dalam perkawinan, cenderung untuk pergi jika mereka kehilangan pekerjaan.
Secara keseluruhan, temuan yang akan dipublikasi dalam dalam American Journal of Sociology ini, menunjukkan sebuah "asimetris" perubahan dalam peran gender tradisional dalam pernikahan.
“Pria yang tidak bekerja, terlepas dari kepuasan pernikahan mereka, lebih mungkin untuk cerai," tulis para peneliti, seperti dikutip dari Telegraph.co.uk.
Sebaliknya, pekerjaan wanita, tidak mendorong perceraian yang diprakarsai oleh salah satu pihak. Hal ini menyiratkan bahwa pilihan wanita untuk memasuki dunia kerja tidak melanggar norma-norma pernikahan. Jadi, ketika wanita gagal dalam karir, suami tidak akan meninggalkan keluarga.
Efek ini mungkin memberikan perubahan lebih besar pada wanita daripada pria. Pekerja wanita telah meningkat dan lebih banyak diterima. Dan, pekerja pria lebih sedikit saat ini, sehingga memungkinkan lebih banyak pria pengangguran.
Bahkan adanya ambivalensi budaya dan kurangnya dukungan masyarakat, menjadikan citra pria sebagai 'bapak rumah tangga' menjadi momok. Penelitian ini menggunakan data dari 3.600 pasangan yang diambil dari AS National Survey Families and Households.
Sumber : VIVAnews
0 comments:
Posting Komentar