Selamat sekali lagi bagi William Arthur Philip Louis dan Catherine Middleton. Pesta kalian yang agung, religius, dan terjadi karena cinta yang dipersatukan telah usai dengan sukses. Semoga bahtera rumah tangga kalian jalankan sesuai sumpah altar, saling mencintai satu sama lain hingga ajal memisahkan.
Jadilah kalian sepasang suami istri, yang akan menjadi teladan bagi orang lain.
Demikianlah kira-kira diterjemahkan, atau dimaknai, pesta perkawinan William-Kate di benak banyak orang di dunia ini. Maklum, pernikahan mereka hari Jumat (29/4/2011) lalu menyiratkan banyak hal.
Ya tentang cinta sejoli, tentang takdir atau perintah Tuhan bahwa manusia itu sebaiknya hidup berpasang-pasangan dan langgeng.
Ada rasa haru hingga menangis. Jane Lampe di Sydney, Australia, meneteskan air mata haru melihat William-Kate melangsungkan pernikahan, yang juga menggetarkan seantero Australia di sore hari hingga malam.
Maklumlah, pernikahan mereka melambangkan hasil sukses pergolakan batin, tangisan jiwa, yang tak pelak lagi telah menimpa William bersama adiknya, Harry.
Sebelum almarhum Putri Diana meninggal tahun 1997, William dan Harry sudah tidak sering bersama ibu mereka lagi. Sepenggal belahan jiwa mereka telah hilang. Mereka telah menjadi korban sumpah pernikahan palsu Pangeran Charles, yang di gereja tahun 1981 menyatakan ”I will” dengan Diana. Namun, di batin Charles tertancap dalam wajah Camilla Parker Bowles.
William dan Harry, korban kemunafikan cinta Charles, disiplin kaku Kerajaan Inggris, yang menuntut anggota keluarga kerajaan untuk selalu tampil anggun walau di dalam hati remuk.
Hidup terpisah, antara dua anak ini dan ibu mereka, sungguh tidak mudah. Cinta dan hati mereka selalu tertuju kepada sang ibu yang hanya bisa sesekali menjumpai mereka. Sebuah video terkenal memperlihatkan betapa pada suatu kesempatan Putri Diana berlari di sebuah kapal pesiar hanya untuk bisa memeluk dua putranya yang masih di bawah 10 tahun.
Sejak 1997, mereka tak lagi bisa melihat ibu mereka. Kecelakaan mobil misterius di Paris, yang masih menghantui Mohamed Al Fayed, telah merenggut nyawa Putri Diana dan Dodi Fayed, putra tunggal Al Fayed.
Diana yang sudah tiada tetap tak mampu membuat William dan Harry memupuskan memori mereka soal ibu. Kenangan itu begitu melekat, terlalu kuat. Mereka berontak, tetapi sudah tidak bisa berbuat apa pun untuk mengembalikan ibu mereka.
Namun, aksi mereka selalu memperlihatkan bahwa sang ibu tetap ada, sementara bapaknya, Pangeran Charles, sudah nyaman dalam pelukan Camilla. Pada Juli 2007, mereka berdua mengadakan konser khusus hanya untuk mengenang Diana.
Kerajaan Inggris mencoba membantu dua ningrat Inggris ini dengan pendampingan pakar konseling. Ini menolong, tetapi tak menghapuskan bekas Diana sedikit pun di hati mereka. Pilu dan senang bercampur aduk. Harry saat itu menyatakan, bayang-bayang ibunya terus mendera.
Gemerlap, tetapi kesepian
Demikianlah dua putra Diana, hidup kesepian di tengah kemewahan dan gemerlapnya harta duniawi. Mereka juga manusia yang butuh pelukan hangat sejati dari sang ibu.
Ini tetap seperti jadi sebuah impian bagi William dan Harry. Sering tak terkendalikan sehingga kegelisahan mereka pernah diterjemahkan ke dalam alkohol. Saat beranjak remaja dan mendekati dewasa, masuklah Kate ke dalam kehidupan William.
Kate sejak awal memang sudah mencintai William, dan baginya hanya ada William sebagai suami yang didambakan. Hubungan berlangsung mulus, kadang tak mulus, dan sempat pisah pada 2007.
”Iya, maklumlah saat itu kami masih muda, dan setelah semakin dewasa kami menganggap perpisahan itu hanya karena pemikiran manusia berusia muda saja,” kata William kepada televisi Sky News, 16 November lalu.
Apa penyebab perpisahan mereka, tak pernah jelas. Pasangan ini memang pintar menjaga rahasia. Namun, jauh lebih penting, hubungan William-Kate tidak semata-mata tergantung perilaku sejoli ini saja.
Di sisi William, ada beban batin. Kisah tragis ibunya turut menghantui. Bagaimana menjadi orang dengan rumah tangga yang langgeng dan tidak retak. Bagaimana memiliki figur istri yang mendekati ibunya dan harmonis.
Ini tidak mudah. Cinta dan rumah tangga mereka bukan cinta dan rumah tangga biasa. Mereka adalah calon raja dan ratu. Mereka akan hidup di lingkungan yang sarat protokoler, yang telah pernah mengganggu privacy Diana.
Di samping unsur pribadi masing-masing, faktor lingkungan, bayang-bayang kegagalan ibunya, memengaruhi William lebih banyak ketimbang Kate.
Untung Michael dan Carole Middleton, bapak dan ibu Kate, memberi peran kuat bagi William.
Biarkan cinta membara
Charles juga demikian kepada Kate, kini menantunya.
Cinta keduanya tak hanya bertaut karena asmara berahi semata. Kasih mereka bertaut karena dua sisi keluarga. ”Saya menemukan cinta di keluarga Kate,” kata William.
”Kate sendiri memberikan sentuhan romantisme untuk sisi saya,” kata William menimpali saat Kate mengatakan bahwa William menanamkan sisi romantisme dalam hidupnya.
Yakin dengan semua itu, dilakukanlah pengumuman pada 16 November lalu bahwa mereka akan menikah pada 29 April.
Kerinduan akan Diana terasa melekat dan ingin ditancapkan William, didukung pula oleh Kate. ”Saya memberinya cincin milik ibu saya karena ingin dia terasa ada,” kata William.
Dalam pesta perkawinan itu, juga dimainkan musik kesukaan Diana atas usulan William. Kehadiran Elton John, pemusik dan penyanyi besar, teman dekat Diana, menegaskan hal itu.
Pesta pernikahannya pun, oleh William, diupayakan sederhana. Akan tetapi, tidak demikian adanya. Namun, William hanya bisa berkata kepada mertuanya, ”Seharusnya kita berpesta biasa saja.”
Rasa bahagia, pamor ningrat Inggris, dan penjelmaan Diana yang terasa hidup telah membuat perkawinan ini amat bermakna. Berbagai media tak melepaskan kaitan antara pernikahan ini dan memori soal Diana.
”Keintiman mereka (William-Kate) amat kontras dengan hubungan kimiawi yang tak berdasar antara Diana dan Charles,” demikian ditulis oleh kantor berita Associated Press.
Perpisahan Diana-Charles pernah menjadi berita utama di berbagai media Inggris. Bahkan, hingga mengubah persepsi warga Inggris dari suka menjadi benci monarki.
Pernikahan William-Kate menghidupkan banyak hal tentang perlunya cinta sejati, tentang kenangan akan Diana, yang menjadi korban cinta palsu.
Inilah yang membuat sejuta orang rela berserakan di London hanya untuk menyaksikan dua sejoli melakukan pernikahan resmi. Pernikahan mereka juga menjelma menjadi hiburan, perayaan, euforia, dan kebahagiaan. Maka, biarlah cinta mereka membara.
sumber : http://female.kompas.com/
0 comments:
Posting Komentar