Seorang Jenderal di Mesir mengaku adanya "tes keperawanan" atas sejumlah perempuan yang ditahan saat demonstrasi anti rezim Hosni Mubarak awal Maret lalu. Itu adalah pengakuan pertama yang dibeberkan seorang perwira tinggi militer Mesir atas kasus itu, yang sudah jadi rahasia umum.
Menurut stasiun berita CNN, Selasa 31 Mei 2011, tuduhan adanya tes keperawanan itu muncul dalam laporan yang disusun lembaga Amnesty International, beberapa pekan setelah aksi unjuk rasa 9 Maret di Kairo. Menurut laporan itu, sejumlah perempuan demonstran dipukul, disetrum, dan pakaian mereka dilucuti. Para demonstran itu juga diancam tuduhan pelacuran dan harus menjalani tes keperawanan.
Saat itu, seorang perwira bernama Mayor Amr Imam mengungkapkan bahwa 17 perempuan telah ditahan. Namun, dia membantah laporan adanya penyiksaan dan tes keperawanan.
Namun, menurut CNN, seorang jenderal senior Mesir mengakui sekaligus membela penerapan tes itu. "Para perempuan yang ditahan itu tidak seperti anak Anda atau anak saya," kata jenderal yang tidak mau disebutkan namanya itu. "Mereka menginap di tenda-tenda bersama para lelaki di Lapangan Tahrir. Di tenda itu juga ditemukan bom molotov dan narkoba," kata si jenderal.
Menurut dia, tes itu penting dilakukan agar tidak muncul klaim dari perempuan demonstran bahwa mereka telah diperkosa saat ditahan pihak berwajib. "Kami tidak ingin mereka berkoar bahwa mereka telah diserang secara seksual atau diperkosa. Maka kami ingin membuktikan apakah mereka memang tidak lagi perawan," kata sumber CNN itu.
Tes itu, menurut dia, menunjukkan tidak ada yang masih perawan. Sumber itu tidak menjelaskan bagaimana tes keperawanan itu berlangsung dan berapa orang yang telah menjalaninya.
Sebelumnya, seorang perempuan 20 tahun bernama Salwa Hosseini mengaku sebagai salah satu korban tes itu setelah ditangkap di tengah unjuk rasa Maret lalu. Kepada CNN, dia menceritakan bagaimana tentara berseragam mengikat dia di suatu museum.
Salwa lalu ditelentangkan di atas lantai dan ditampar. Dia pun disetrum dengan pistol listrik dan dituduh sebagai pelacur.
Menurut Salma, dia dan 17 perempuan lain lalu dipaksa menjalani tes keperawanan. "Kami tidak mau karena dilakukan oleh dokter laki-laki," kata Salma. Namun, mereka tidak berdaya karena diancam akan disetrum lagi dengan pistol listrik bila menolak dites.
Belum ada penjelasan resmi dari Mesir mengenai tes kontroversial itu.
sumber : VIVAnews
0 comments:
Posting Komentar