Naskah epos La Galigo
Mungkin tidak banyak yang mengenal sosok Muhammad Salim. Ia adalah pembaca lontarak atau aksara Bugis yang menerjemahkan sebagian naskah epos terpanjang di dunia, Sureq I La Galigo atau La Galigo -- yang mengalahkan epos Mahabarata atau Ramayana.
Namun, hingga menghembuskan nafas terakhir di usia 75 tahun, Minggu 27 Maret 2011, ia belum sempat menyelesaikan tugasnya. Masih ada 10 naskah La Galigo yang belum sempat diterjemahkan.
Menurut istri almarhum, Jamiah, Muhammad Salim baru berhasil menerjemahkan dua dari 12 jilid naskah I La Galigo. "Padahal Bapak mempunyai keinginan semua naskah yang di ambil dari perpustakaan Belanda itu bisa diterjemahkan semua dan dibuat dalam satu buku," kata Jamiah Senin, 28 Maret 2011.
Jamiah menceritakan, kerja keras suaminya menerjemahkah naskah La Galigo berawal dari rasa ketertarikan. Selama puluhan tahun, Muhammad Salim berkeliling ke semua daerah di Sulawesi Selatan, mencari naskah yang tersebar-sebar itu.
Titik terang baru muncul di tahun 1987. "Saat pihak Belanda mengetahui kegiatan Bapak, yang kemudian mengajaknya ke Belanda,” tutur Jamiah.
Rupanya, naskah tersebut telah disusun oleh Arung Pancana Toa yang kemudian dibawa ke Belanda oleh Dr BF Matthes pada masa kolonial. Naskah tersebut tersimpan rapi di Perpustakaan Koninklijk Instituut voor Taal Leiden (KIVTL), Belanda.
"Di sanalah bapak mulai serius membaca dan menerjemahkan naskah tersebut hingga berhasil membukukan dua jilid dari 12 jilid yang masih bertuliskan aksara lontarak. Untuk menerjemahkannya menghabiskan waktu lima tahun dua bulan,” tambahnya lagi.
Sureq I La Galigo mengisahkan prosesi penciptaan dunia versi Bugis. Tokoh sentral dalam kisah ini adalah Sawerigading, putra penguasa dunia tengah, ksatria sakti mandraguna dan seorang pengelana. Sedangkan I La Galigo merupakan salah seorang putra Sawerigading yang mewarisi kesaktian dan jiwa pengembara sang ayah.
Belakangan, naskah cerita La Galigo mendunia ketika dijadikan sebuah pementasan oleh sutradara ternama Robert Wilson. Mereka telah manggung di sejumlah negara, dari Amerika dan Eropa. Pementasan itu baru akan tampil di Makassar pada April bulan depan.
Meski tak setenar Mahabarata atau Ramayana, La Galigo telah diakui dunia. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization menetapkan karya sastra asli Bugis I Lagaligo sebagai salah satu memory of the world (MOW) atau warisan budaya dunia.
sumber :
Laporan: Rahmat Zeena | Makassar, umi
• VIVAnews
0 comments:
Posting Komentar